Ebony: Gerakan Akar Rumput Dari, Oleh, dan Untuk Perempuan

Hari itu, seorang perempuan berambut hitam ikal panjang menaiki kereta kuda dari penjara bersama seorang sipir. Tubuhnya bungkuk, dan menduduk, tatapannya kosong.

"Yang Mulia Archduke baik hati juga ya. Ya, kan? Beliau mau menampung orang macam kamu," sipir tersebut menatap sinis perempuan tersebut.

Perempuan itu menunduk diam. "...Iya," jawabnya singkat, tidak melawan.

Sipir itu menyeringai. "Kalau begitu untuk yang terakhir kali... Coba kita lihat."
Ia mengangkat pecut yang dibawanya, menyorongkannya ke gaun yang lusuh perempuan tersebut, menyingkap bagian dalam gaun yang dikenakannya.

Mata perempuan itu melebar, wajahnya pucat. Ia menarik gaunnya, mencoba menutupi apa yang hendak dilihat sipir tersebut.

Sipir tersebut terkekeh. "Hm, bagus. Ternyata kamu berpakaian tertutup. Kamu kan tidak boleh memperlihatkan tubuhmu yang kotor ke..." Ucapannya terhenti ketika menyadari tatapan perempuan itu yang dilayangkan padanya. 

"Woy," sautnya dengan suara dingin. "Berani-beraninya kamu melotot di depanku?!" Ia mengangkat pecut yang digenggamnya dan menghantamkannya ke tubuh perempuan itu. Perempuan itu terhuyung karena pecutan itu. "Sudah kuduga. Amnesti terlalu mewah untuk dirimu. Seharusnya kamu berada di penjara selamanya!" sipir itu menatap dingin.

Pecutan dan makian sipir itu terhenti ketika kusir kereta mengabarkan bahwa mereka sudah dekat dengan tempat tujuan.

"Ingat baik-baik. Di Istana Schneider, kamu harus membuang kebiasaan burukmu. Karena kalau tidak, maka saat itu kamu akan dipancung."

Perempuan itu menutup matanya. Ekspresinya tampak takut dan kesakitan. Tapi ia hanya menunduk tanpa berkata apapun. Lalu akhirnya, mereka tiba di Istana Schneider.

--dituturkan secara pribadi dari webtoon Ebony, episode 1. 

Ebony Vonieck adalah seorang narapidana yang dihukum mati karena telah membunuh tunangan dan ayahnya. Ketika ia sedang menunggu eksekusi matinya di penjara, Archduke Dante Bord Schneider, pangeran ketiga Kerajaan Carcass memberinya amnesti dan mengeluarkannya dari penjara. Dalam kondisi tubuh dan jiwa yang terluka, ia tiba di kediaman Archduke Schneider. Punggungnya bungkuk dan penuh dengan bekas luka dari siksaan pada saat ia dipenjara, ia mengalami malnutrisi, dan ia merasa hidupnya tidak berharga. Baginya, dirinya adalah tikus comberan, yang hidupnya bahkan lebih rendah dari budak. Ia tidak layak menerima perlakuan hangat para pelayan Istana Schneider karena ia bukan manusia. Ia seharusnya dipukuli, sebagaimana ia dipukuli dan diperbudak di penjara. Demikian pikiran-pikiran yang terus-menerus melintas dalam diri perempuan kurus itu--bola matanya yang hitam tampak mati dan menyerah pada hidup--dalam hari-hari pertamanya di istana. Tapi Archduke Schneider memiliki rencana lain. Ebony Vonieck tidak akan lagi menjadi seorang narapidana yang dihukum mati. Ia akan menjadi sosok yang mendobrak dan mengubah sistem Carcass.

Demikian kurang lebih sinopsis singkat dari Ebony (2019), webtoon dari REDICE Studio oleh Neida (ilustrator) dan Jaya (author) yang dirilis oleh Kakaopage. Saat ini, Ebony telah sampai pada akhir Season 2 dengan jumlah 75 episode.

Kakaopage memiliki cukup banyak webtoon romansa yang berlatar dunia kerajaan Eropa pada zaman dahulu atau dunia fiksi-fantasi, dengan tokoh utama wanita badass: Shadow Queen, The Villainess Lives Twice, Lady to Queen, I Tamed a Tyrant and Ran Away hanyalah beberapa webtoon yang memiliki tokoh utama wanita yang luar biasa. Masing-masing dari mereka ditempatkan dalam situasi yang tidak menguntungkan (baca: tragedi) yang membuat mereka harus menghadapi kematian. Tidak jarang, dalam kisah-kisah tersebut mereka juga hidup dalam sistem dan kondisi yang mengsubordinasi perempuan, seperti yang terjadi dalam webtoon Kelahiran Putri Raja, Kaisar dan Kesatria Wanita, atau I Choose the Emperor Ending. Tapi, di antara webtoon-webtoon ini, perjuangan Ebony Vonieck dalam mendobrak sistem patriarki yang seksis di Carcass terasa menonjol dan berbeda.

Kerajaan Carcass, yang menjadi latar utama Ebony adalah kerajaan dengan sistem sosial yang demikian diskrimantif terhadap perempuan. Dalam kerajaan Carcass, ilmu pengetahuan dan dunia akademis adalah sesuatu yang hanya bisa dijamah laki-laki, ranah publik didominasi laki-laki dan perempuan hanya bisa berada di dunia domestik atas dasar stigma misognis. Diskriminasi ini tidak hanya hadir dalam ranah publik dan domestik, tapi juga dalam posisi rentan perempuan dalam kehidupan sosial, seperti ketika mereka mengalami kekerasan seksual dan harus berhadapan dengan hukum, seperti yang dialami Ebony. Diskriminasi ini sistemik dan dinormalisasi di dalam segenap struktur lapisan masyarakat dengan persepsi bahwa perempuan lebih bodoh atau lebih tidak mampu dibandingkan laki-laki.

Dalam kondisi tersebut, Ebony menjadi tertuduh atas pembunuhan terhadap tunangannya yang kala itu hendak memerkosanya, dan ayahnya yang "menjual" Ebony untuk kepentingan ekonomi. Bisa ditebak, dalam sistem yang tidak adil tersebut, bahkan hukum sekalipun tidak berpihak pada Ebony. "Bukankah toh Ebony akan menikah dengan tunangannya keesokan harinya? Lantas kenapa kalau tunangannya meminta (memaksa) hubungan seks sebelum menikah?" Dalam persidangan yang digelar, tidak ada satu pun orang di dalam ruang pengadilan itu--yang semuanya (dari hakim hingga hadirin) adalah laki-laki--merasa bahwa Ebony yang "membunuh untuk membela diri setelah nyaris diperkosa" sebagai sebuah kemungkinan, apalagi sebagai sebuah pembelaan. Bagaimanapun, tunangan yang hendak memerkosanya di hadapan teman-temannya pada malam sebelum pernikahan (untuk "membuktikan kejantanannya") bertindak berdasarkan asumsi "perempuan yang harus melayani laki-laki". 

Pada akhirnya, Ebony divonis hukuman mati. Ia dilempar ke penjara wanita, di mana di sana rupanya berkumpul wanita-wanita yang mengalami nasib yang hampir sama seperti Ebony--yang melakukan apa yang "seharusnya tidak boleh dilakukan perempuan di Kerajaan Carcass" dan tidak mendapat keadilan di hadapan hukum patriarkis. Dalam salah satu kisah Ebony di penjara, guru Bahasa Benua yang ia temui dipenjara karena ia mengajarkan ilmu pengetahuan yang dalam hukum Carcass hanya boleh dimiliki laki-laki. Di dalam penjara itu, semua kurang lebih mengalami nasib yang hampir sama seperti Ebony, diperlakukan sebagai budak yang harus menurut pada sistem patriarkis.

Kesakitan dan kepedihan yang dialami Ebony saya yakin mengingatkan kita semua pada apa yang kita dengar dan lihat, bahkan mungkin kita alami dalam realita di masyarakat saat ini, yaitu ketika korban tidak mendapat keadlian yang seharusnya didapatkannya, dan justru disalahkan dan dipermasalahkan. Kadang, seperti Ebony, mereka bahkan tidak mendapat kesempatan atau bahkan keberanian untuk berbicara. 

Persekusi terhadap korban tersebut bukan satu-satunya. Tidak jarang, penegakan hukum terhadap kekerasan seksual demikian permisifnya, terutama ketika orang yang terkait adalah orang yang memiliki kuasa sosial yang lebih tinggi (meski sebetulnya praktik kekerasan seksual itu sendiri adalah bentuk ketimpangan sosial, bentuk relasi kuasa yang terjadi antara pelaku dan korbannya). Sebagaimana banyak kasus pelecehan dan kekerasan seksual yang terangkat di ruang publik adalah fenomena gunung es, begitu juga kasus Ebony.

Trauma yang dialami Ebony adalah hal pertama yang dipotret secara serius di dalam webtoon ini. Ia disiksa secara fisik dan psikis, hingga siapapun yang melihat Ebony bahkan tidak bisa membayangkan kekejaman seperti apa yang sudah dialami olehnya. Narapidana tidak diperlakukan seperti manusia, lebih-lebih ketika mereka adalah perempuan, apalagi tidak memiliki kedudukan sosial (bukan bangsawan). Maka dari itu, dengan represi sedemikian rupa, hampir tidak ada dari mereka yang bisa memiliki kesempatan apalagi keberanian untuk berbicara mengenai kekerasan dan ketidakadilan yang mereka alami. Ketika Ebony akhirnya tiba di kediaman Duke Schneider, ada perbaikan-perbaikan luar biasa dalam diri Ebony. Tetapi, kisah Ebony yang diberi amnesti oleh Duke Schneider tidak berhenti pada premis cerita Cinderella.

Dari Mencari Keadilan Hingga Menyembuhkan Trauma

Selama beberapa tahun terakhir, para aktivis serta banyak elemen masyarakat lain yang peduli terhadap isu gender dan perempuan berjuang menuntut untuk segera disahkannya Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS). Isu payung hukum bagi para korban kekerasan seksual ini begitu genting untuk segera dibahas dan dijadikan. Semangat RUU PKS yang hendak saya highlight dalam tulisan ini adalah bahwa ia bukan hanya menjadi payung hukum untuk melindungi dan memperjuangkan keadilan bagi para korban, tapi juga agar hukum ini bisa mengakomodasi usaha-usaha untuk pemulihan bagi korban. 

Kala membaca Ebony, berulang kali saya diingatkan mengenai semangat yang diusung oleh RUU PKS. Ebony seorang korban kekerasan yang terluka secara fisik dan psikis. Sebagai seorang perempuan terpidana mati di kerajaan yang tidak adil gender dan kelas ekonomi secara sistemik, ia bahkan didudukkan dalam posisi yang begitu tidak menguntungkan, tanpa daya tawar apapun untuk menolong dirinya. Di sinilah Archduke Schneider beserta segenap pelayan di kediaman tersebut menjadi support system bagi Ebony untuk memulihkan dirinya.

Dalam cerita ini, Archduke Schneider adalah pangeran ketiga yang belum memiliki kekuatan politik. Ia tidak begitu sering berada di Carcass, dan baru saja kembali ke kerajaan setelah melanjutkan studinya selama beberapa tahun di luar negeri. Melalui pertemuannya dengan berbagai orang dan sistem ketika menempuh pendidikan di luar negeri, ia memiliki pola pikir yang lebih terbuka. Kediamannya berisi para pelayan dengan latar belakang yang tidak biasa. Mereka adalah orang-orang asing yang karena suatu situasi tidak bisa lagi tinggal di tempat asal mereka. Di dalam sistem Carcass, tentu mereka adalah kelompok rentan, kelompok yang dianggap barbar/tidak pantas di masyarakat, tetapi Archduke Schneider memberi rumah baru bagi mereka.

Archduke Schneider memberi peran kepada Ebony sebagai "Raven", seorang broker dagang dengan topeng gagak yang tidak diketahui wajah asli dan asalnya. Raven dipersonakan sebagai seorang wanita yang percaya diri, pandai, serta mendobrak norma-norma patriarki yang ada di dalam Kerajaan Carcass. Persona Raven inilah yang akhirnya menjadi salah satu medium bagi Ebony untuk memulihkan dirinya. Persona Raven yang pada awalnya merupakan bagian dari akting akhirnya menginternalisasi dalam dirinya, memberi keberanian bagi Ebony untuk bisa lebih optimis dalam menghadapi masa depan, lebih vokal dalam menyuarakan isi hati dan pikirannya, memberikan keberanian untuk menghadapi dunia. Pada akhirnya, ia berani untuk bersuara megnenai kebenaran apa yang terjadi pada dirinya yang diputuskan bersalah di hadapan hukum yang memihak. Dalam persidangan yang digelar kedua kalinya, di hadapan publik ia berhasil membuktikan betapa cacat dan memihaknya hukum Carcass terhadap mereka yang lebih berkuasa.

Sosok Raven dan peran Archduke Schneider berperan sangat besar dalam pemulihan trauma Ebony. Sering kita mendengar ungkapan "memanfaatkan privelese untuk mereka yang termajinalisasi". Ungkapan ini barangkali sangat cocok untuk menggambarkan posisi Schneider dengan segenap privelese kelas sosial dan ekonomi yang dimilikinya. Bagi saya, Schneider yang seorang laki-laki juga menjadi representasi atas laki-laki yang terlibat dalam gerakan emanispasi. Bahwa emansipasi gender bukan hanya milik perempuan, tapi juga perlu melibatkan banyak pihak termasuk laki-laki dan banyak elemen untuk menciptakan perubahan.

Gerakan Akar Rumput Dari, Oleh, dan Untuk Perempuan

Sebagaimana telah disebut di awal tulisan ini, sudah ada cukup banyak webtoon yang mengisahkan pemberdayaan perempuan, atau kisah-kisah tragis tentang perempuan yang menjadi korban dalam sistem patriarki yang menindas.

Ketika membaca Ebony, saya mencatat dua hal yang membuat webtoon ini menjadi unik. Pertama adalah privelese yang tidak dimiliki oleh Ebony, baik status sosial, ekonomi, dan gender, lebih-lebih bahwa ia adalah seorang narapidana. Ia bukan seorang perempuan modern yang berpindah dimensi dari dunia yang lebih emansipatif ke dunia yang lebih diskriminatif terhadap perempuan. Ia seseorang yang lahir dan besar dalam sistem patriarkis yang tidak adil, tanpa pernah mengalami lebih-lebih berpikir/mempertanyakan mengenai kesetaraan gender. Ketika ia menerima amnesti dari Archduke Schneider, Ebony bisa memilih untuk hidup dalam diam dan nyaman, karena Archduke Schneider pada dasarnya sama sekali tidak menuntut Ebonny untuk melakukan atau menjadi apapun. Tetapi, pilihan demi pilihan yang diambil dan dijalani Ebony justru pelan-pelan mendobrak sistem dan norma yang ada.

Ia belajar membaca dan menulis, ia mempelajari bahasa asing, ia belajar berkuda dan bernegosiasi. Pendeknya, ia memasuki ranah publik dan maskulin yang sebetulnya tidak boleh dimasuki perempuan. Tetapi ia tidak hanya berhenti pada perubahan inidividu untuk dirnya sendiri. Ia memutuskan untuk membuka yayasan panti asuhan cum sekolah gratis bagi anak-anak jalanan yang juga dipinggirkan di Carcass. 

Ebony membangun jejaring, melibatkan orang-orang dengan posisi yang rentan di masyarakat. Seorang perempuan bangsawan yang menjanda, seorang mantan prajurit bayaran yang terusir dari negara asalnya, seorang perempuan pengajar asing untuk menjadi kepala sekolah yayasan yang ia bangun, seorang dokter perempuan yang dalam hukum Carcass tidak diperbolehkan melakukan operasi bahkan menjadi bidan. 

Saya merasa apa yang dilakukan Ebony adalah gerakan akar rumput dari seorang perempuan, oleh para perempuan, untuk bukan hanya para perempuan yang terdiskriminasi, tetapi juga anak-anak yang hidup di jalan. Mengingat bagaimana secara historis perempuan dan anak-anak adalah kelompok yang rentan di masyarakat, apa yang dibuat Ebony menjadi satu highlight penting dalam diskursus emansipasi yang dinarasikan di dalam webtoon ini. Bahwa ketidakadilan ini bukan hanya persoalan gender, tapi juga kelas sosial

Catatan kedua saya terkait gerakan yang dilakukan Ebony adalah bahwa ia tidak ditokohkan dalam gerakan dan jejaring yang ia bangun. Ia menginisiasi dan mengumpulkan orang-orang untuk membantunya. Tetapi melalui jejaring yang dibangun Ebony, gerakan ini menjadi sebuah gerakan kolektif yang melahirkan lebih banyak individu-individu baru yang mendobrak norma-norma patriarkis di dalam masyarakat, yang saling membantu mereka yang dipinggirkan di dalam masyarakat. Ebony mengusahakan dan mematiskan bahwa gerakan ini tidak akan berhenti apalagi berpusat pada dirinya, tetapi menjadi kerja bersama, semangat yang menyebar danh berkelanjutan.

Sisterhood

Sebelum mengakhiri tulisan ini, saya ingin memberikan satu catatan lagi mengenai apa yang menjadikan Ebony sangat unik dalam memotret diskursus mengenai perempuan dan kesetaraan gender, yaitu sisterhood, support perempuan untuk perempuan yang begitu kental di dalam serial webtoon ini. Kala menjadi Raven, orang yang pertama kali Ebony bantu adalah Jillion Mesiter, seorang bangsawan perempuan yang sedang terancam akan dibuang dari masyarakat karena ia menjanda. Jillion mengalami kekerasan fisik dan tekanan mental dari para bangsawan laki-laki yang mengincar harta dan wilayah suaminya, mengingat dalam hukum Carcass perempuan tidak diperbolehkan mengelola wilayahnya. Rasa simpati Ebony saat melihat sosok Jillion mengingatkan Ebony pada dirinya yang dulu, dan mendorong Ebony untuk mengulurkan tangan pada Jillion. Uluran tangan itulah yang memberikan keberanian bagi Jillion untuk bisa mendapatkan apa yang menjadi haknya. Uluran tangan itu kadang sebatas untuk mengingatkan kita bahwa kita tidak sendirian, bahwa ada yang memercayai dan mendukung kita, tetapi sebagaimana realita tersebut dipotret melalui pengalaman Jillion dan Ebony, hal-hal itulah yang sebetulnya paling kita perlukan dibandingkan bantuan apapun. Hubungan Jillion dan Ebony mengingatkan saya pada komunitas para penyintas kekerasan yang dibentuk untuk memberi support itu. 

Kemudian, setelah Ebony akhirnya lepas dari segala tuduhan, ia kembali ke penjara untuk menengok makam gurunya yang sudah meninggal, tewas dalam perbudakan. Di sana, ia disambut dengan siulan yang menggema dari dinding-dinding penjara--sebuah kode rahasia yang hanya bisa dipahami oleh para narapidana. Ebony kembali, menyampaikan kepada teman-temannya--saudari-saudarinya yang tidak terikat oleh darah--bahwa ia sudah bebas dan mewujudkan mimpi gurunya. Bahwa mereka pernah ada dalam kondisi yang sama, dan turut berbahagia karena Ebony sudah bebas, dan bahwa Ebony tidak melupakan mereka (malah ia mencoba memperjuangkan penghapusan sistem perbudakan bagi narapidana perempuan) bagi saya memotret bagaiamana para perempuan yang ditindas ini merupakan sebuah keluarga besar yang saling memberikan harapan dan keberanian untuk satu sama lain.

Akhir

Saat ini, Ebony sedang memasuki masa hiatus sebelum masuk ke Season 3-nya. Dengan potret dan narasi serius dan kritis mengenai diskursus perempuan yang diangkat di dalam Ebony, saya sangat ingin memberikan nilai 9/10, bahkan mungkin lebih. Webtoon ini sangat direkomendasikan untuk dibaca, dengan segala roller coaster konflik dan emosi yang ada di dalamnya. Ebony bisa kita baca secara resmi di situs Kakaopage Indonesia.

Comments

Popular posts from this blog

"Pura-Pura Cinta": Remaja

Mengirim Doa dan Semangat Baik untuk Para Penyintas Kekerasan Seksual