Posts

"Pura-Pura Cinta": Remaja

Image
Dari waktu ke waktu, remaja sering digambarkan sebagai sosok yang ambivalen. Kelompok yang bukan anak-anak, tetapi juga belum dewasa. Mereka belum memiliki posisi sosial yang kokoh di masyarakat, dan secara politis dianggap sebagai kelompok yang tidak diperhitungkan. Bahkan tidak jarang, ketika kita meluncur dalam banyak cerita-cerita remaja, cerita-cerita tersebut menggunakan formula dunia remaja yang penuh dengan romansa, kebimbangan terhadap rencana studi, dan hal-hal manis masa muda lain. Remaja dicitrakan sebagai kelompok yang penuh kebimbangan dalam "mencari jati diri". Akan tetapi, membaca webtoon " Pura-Pura Cinta " karya Lee Kyeo Ul setidaknya membawaku melihat bahwa dunia remaja justru lebih dari sekadar "mencari jati diri" atau cerita romansa. Dunia remaja yang dihadirkan di dalamnya justru membicarakan hal-hal politis dengan cara yang polos dan jujur. Webtoon ini bercerita tentang persahabatan antara empat anak SMA, Ha Yeon Sil, Kang Jin Yu, Yo

Mengunjungi Kembali "Ruroni Kenshin" Melalui "Ruroni Kenshin: Origins"

Di antara banyak serial manga yang menemaniku waktu kecil, serial Samurai X karya Nobuhiro Watsuki adalah salah satu serial manga yang tidak bosan-bosan aku baca berulang kali. Referensi-referensi sejarah yang dicampurkan dengan fiksi membuat aku betah. Setelah beberapa tahun tidak membaca manga ini, aku iseng untuk mengunjunginya kembali, kali ini melalui adaptasi  live action -nya. Tentu saja, ini dengan pertimbangan bahwa adaptasi film serialnya telah memuat arc-arc penting: Ruroni Kenshin Origins , Kyoto Inferno , The Legend Ends, The Final, dan The Beginning .  Ini adalah kali pertama aku menonton film-film  live action  Ruroni Kenshin. Biasanya aku lebih senang membaca manga dan kadang-kadang menonton adaptasi animenya. Kali ini, yang pertama kali kutonton adalah Ruroni Kenshin: Origins yang dirilis oleh Warner Bross pada tahun 2012.  Aku sempat bernostalgia ketika film memasuki adegan yang dibuka dengan Kenshin menaiki perahu sembari mendekap pedangnya. Adegan opening dan lagu 

"Apa yang Kita Rayakan?"

Kemarin siang, dari gedung SMA yang tidak jauh dari kos-kosan saya terdengar lagu-lagu yang langganan pasti diperdengarkan setiap tahun menjelang kemerdekaan. "Kebyar-Kebyar", "Bendera", "Indonesia Raya".. Rumah-rumah juga tak lupa dipasangi bendera merah putih di gerbang depan. Lalu, hari ini beberapa teman mengganti profile picture mereka dengan frame template kemerdekaan. Banyak yang mengunggah foto-foto kenangan atau foto-foto terbaru mereka merayakan kemerdekaan hari ini. Tentu saja, dua tahun pandemi tidak memungkinkan kita untuk mengadakan lomba-lomba 17 Agustus. Tetapi, di tengah semangat dan perayaan-perayaan itu, selama dua hari terakhir saya merasa kosong. Rasanya seperti sebuah ironi merayakan kemerdekaan dengan jargon "Indonesia Tumbuh Indonesia Maju" ketika saya melihat kasus rasialisme di Papua yang dilakukan oleh orang-orang yang memegang kekuasaan, ketika para pencuri elit meminta keringanan bahkan memohon dibebaskan dari segala

Mengirim Doa dan Semangat Baik untuk Para Penyintas Kekerasan Seksual

Hari ini, jagat dunia maya ramai dengan topik pelecehan seksual yang dilakukan Gofar Hilman, seorang influencer di media sosial. Lantas, malam ini aku ingin berbagi pikiran dan cerita saat membaca reaksi-reaksi yang muncul saat mengikuti kasus ini. Pertama-tama, tentu aku mengutuk keras apa yang sudah dilakukan Gofur Hilman. Aku tidak mengenal siapa. Aku pun juga tidak mengenal para penyintas pelecehan seksual, tapi aku mengirim semangat dan doa baik untuk mereka yang telah berani berbicara. Aku merasa heran tetapi tidak terkejut dengan pembelaan diri Gofur Hilman dalam utasnya. Utas itu memperlihatkan sesuatu yang sering sekali terjadi di antara para penyintas yang memberanikan diri untuk bicara: membuat kita meragukan realita yang dialami korban, yang berujung pada mansplaining yang melakukan  victim blaming terhadap korban. "Dienakin nggak mau", "Pansos apa ya mbaknya", "Kejadiannya sudah lama, kenapa baru bicara sekarang?" Dan sekian banyak komentar la

May Day Scrap Note: Tentang Kwon Doohoon, Advokat HAM dalam Webtoon "Menaklukkan Sang Tiran"

Image
Selamat hari buruh untuk semua angkatan pekerja! Untuk para guru, dosen, jurnalis, pegawai kantoran, freelancer, seniman, dan segenap buruh di Indonesia dan di seluruh dunia. Hari ini kita memperingati hak-hak pekerja, tapi memperjuangkannya adalah sesuatu yang harus dilakukan terus-menerus. Salah seorang dosen saya pernah berkata, buruh perlu berserikat dan bersatu, memberi support satu sama lain. Hari ini saya ingin berbagi pikiran-pikiran yang terlintas saat membaca salah satu webtoon yang sedang saya ikuti belakangan, Menaklukkan Sang Tiran yang ditulis oleh Banhara dan Jeon Heyjin, serta diilustrasikan oleh Sunjung. Webtoon ini diterbitkan di Kakaopage pada tahun 2020. Disclaimer: tulisan pendek ini bukan dan tidak dimaksudkan sebagai ulasan, tetapi hanya ingin menuangkan sebagian kecil saja kesan, pikiran, dan harapan yang terlintas saat saya membaca webtoon ini. Sebagai perkenalan singkat, Menaklukkan Sang Tiran bercerita tentang Han Choeun, seorang sekretaris cekatan lulusan i

Ebony: Gerakan Akar Rumput Dari, Oleh, dan Untuk Perempuan

Image
Hari itu, seorang perempuan berambut hitam ikal panjang menaiki kereta kuda dari penjara bersama seorang sipir. Tubuhnya bungkuk, dan menduduk, tatapannya kosong. "Yang Mulia Archduke baik hati juga ya. Ya, kan? Beliau mau menampung orang macam kamu," sipir tersebut menatap sinis perempuan tersebut. Perempuan itu menunduk diam. "...Iya," jawabnya singkat, tidak melawan. Sipir itu menyeringai. "Kalau begitu untuk yang terakhir kali... Coba kita lihat." Ia mengangkat pecut yang dibawanya, menyorongkannya ke gaun yang lusuh perempuan tersebut, menyingkap bagian dalam gaun yang dikenakannya. Mata perempuan itu melebar, wajahnya pucat. Ia menarik gaunnya, mencoba menutupi apa yang hendak dilihat sipir tersebut. Sipir tersebut terkekeh. "Hm, bagus. Ternyata kamu berpakaian tertutup. Kamu kan tidak boleh memperlihatkan tubuhmu yang kotor ke..." Ucapannya terhenti ketika menyadari tatapan perempuan itu yang dilayangkan padanya.  "Woy," sautnya